Boxing Day : Industri Sepakbola Dalam Balutan Tradisi

Oleh : uchiha sasuke

Memasuki akhir bulan Desember, pemain yang menjadi punggawa tim-tim elit liga top eropa mungkin sudah bersiap-siap untuk menjalani liburan bersama keluarga masing-masing dalam rangka menyambut liburan Natal dan tahun baru. Namun, berbeda cerita jika pemain tersebut merupakan punggawa tim yang berkompetisi di negri ratu Elisabeth. Sang pemain harus menunda dulu rencana liburan nya. Pasalnya, di saat orang-orang seharusnya menikmati liburan natal, kompetisi liga inggris, termasuk premier league justru memasuki masa-masa sibuknya. Bahkan, laga yang bakalan digelar pada tanggal 26 desember, tepat sehari setelah natal, diberikan nama yang berbeda dan menambah kesan lebih khusus dibanding match-match lainya, match tersebut diberi tajuk Boxing Day.


Boxing day merupakan istilah umum yang kita kenal bukanlah merupakan pertandingan tinju atau semacamnya. Boxing day merupakan hari dimana orang-orang bergembira dalam rangka merayakan Natal, termasuk dalam arti harfiahnya membuka kado-kado untuk menyambut Natal dan tahun baru. Tradisi seperti ini tentunya bukan hanya dilestarikan di inggris saja, negara-negara eropa juga banyak yang menyambut hangat tradisi seperti ini. Tidak jarang momen-momen seperti ini dijadikan untuk momen berkumpul bersama keluarga ataupun liburan panjang dari kepenatan pekerjaan selama setahun.
Boxing day dipercaya sudah sejak ratu Victoria (1837-1901), awalnya tradisi ini hanya diperingati di Britania Raya dan negara-negara koloninya (Wales, Skotlandia, Inggris, Irlandia Utara). Namun, pada akhirnya boxing day diperingati juga di negara-negara lain seperti Australia, Afrika dengan konsep yang tidak jauh berbeda dengan yang ada sebelumnya. Peter Parley dalam bukunya bertajuk Tales About Christmas (1838) mengungkapkan asal-usul penamaan tradisi ini. Boxing day merupakan hari yang diperingati setelah natal , pada tanggal 26 Desember. Dalam hari itu, Parley menjelaskan bahwa majikan atau bos perusahaan memberikan hadiah kepada para pekerjanya dengan maksud agar semua orang bisa melewati natal dengan gembira. Hal senada juga di tuliskan oleh Samuel Pepys yang merupakan seorang pelaut dan politikus, tertuang dalam bukunya diary of Samuel Pepys , dalam catatanya tanggal 19 desember 1663 bahwa sudah menjadi kebiasaan untuk para pelayan diberi hadiah dan jatah libur oleh majikanya untuk berkumpul bersama keluarga mereka di Hari Natal.

Awal mula boxing day lekat dengan sepakbola adalah ketika FA (asosiasi sepakbola inggris) sengaja menggelar laga sekota antara Sheffield fc dan Hallam fc pada 26 desember 1860. Tujuan FA dari menggelar pertandingan sekota tersebut adalah untuk digunakan menjadi sarana hiburan bagi para masyarakat di kota tersebut ketika sedang libur natal. Sukses ditahun pertama pagelaran boxing day, membuat pagelaran ditahun ke dua boxing day memiliki jadwal yang lebih padat lagi. Aston vila, menjadi salah satu tim pertama yang merasakan kerasnya jadwal boxing day. Pada 25 desember 1899, klub tersebut bermain melawan Preston dan keesokan harinya ketika boxing day harus berhadapa dengan klub Accriton. Hal itu mungkin sedikit terobati dengan jumlah penonton yang membludak dengan 9000 pasang mata yang memadati stadion. Dengan demikian tujuan FA untuk menjadikan boxing day hiburan dikala masyarakat libur merupakan suatu hal yang tepat, terlihat dari banyaknya masyarakat yang antusias menyaksikan laga Boxing day.

Boxing day sempat dihentikan pada tahun 1965 oleh FA karena beberapa tahun sebelumnya selalu diganggu dengan cuaca yang tidak mendukung. Selain itu, kondisi fisik dan psikis para pemain pun juga menjadi salah satu yang menyedot perhatian. Para pemain dipaksa untuk bekerja ekstra mengingat jadwal padatnya pertandingan di Boxing day. FA menuturkan “tidak ada satupun pertandingan yang akan dimainkan ketika hari paskah dan hari natal.” Dikutip dari The Classic Guide Football. Namun, dewasa ini boxing day kembali di gelar dan menimbulkan beberapa polemic serta kritikan dari stakeholder sepakbola di inggris, antara lain

JADWAL YANG PADAT, PEMAIN RENTAN CIDERA
Tidak bisa di pungkiri, dengan digelarnya boxing day dalam bulan desember menyebabkan pertandingan yang ada di bulan desember menjadi sangat padat. Bagi pemain tim-tim elit di liga inggris yang tidak hanya berkompetisi pada ajang domestic tetapi juga di ajang internasioanl. Belum lagi ada international break, giliran bagi negara untuk menggunakan jasa para pemain baik untuk sekadar dalam laga persahabatan maupun dalam rangka kualifikasi untuk mengikuti turnamen sepak bola antar negara. Dalam pekan tersebut memang tim tidak bertanding, namun pemain masih harus bertanding apabila menjadi punggawa tim nasional negaranya.
Tim besar seperti Chelsea contohnya, dalam bulan desember tim ini total sudah bertanding sebanyak 8 kali selama sebulan, baik di ajang liga primer dan liga champions. cukup jauh apabila dibandingkan dengan tim besar lain yang berada liga yang berbeda, Madrid hanya bermain 5 kali dalam sebulan, di ajang BBVA dan juga liga champions.
Tidak jarang beberapa pelatih tim-tim liga inggris yang berlaga pada kompetisi domestic dan juga internasional mengeluhkan padatnya jadwal yang sangat menguras fisik pemain. Louis Van Gaal, mantan pelatih Manchester united pun melayangkan keluhanya karena tim yang harus diasuhnya harus berlaga pada malam natal “kami juga memiliki keluarga. Saya punya istri dan anak-anak, serta cucu dan saya tidak bisa bersama mereka pada natal ini.” ujar van gaal dikuti dari eurosport. Pep guardiola yang merupakan juru takti dari Manchester city pun mengeluhkan padatnya pertandingan city, dimana city harus menjalani dua pertandingan dalam kurun waktu kurang dari 48 jam.

ANTARA INDUSTRI DAN TRADISI
Walaupun pagelaran boxing-day menuai banyak keluhan serta komentar negative dari stakeholder sepak bola di inggris. Namun masih belum ada yang mampu mengubah situasi ini, karena boxing-day dianggap menjadi tradisi karena sudah mewarnai sepak bola inggris sejak abad ke-19. Dalam hari boxing-day biasa nya menjadi hari libur nasional guna menikmati waktu natal dengan keluarga.
Dalam perkembangan teknologi dan di era-televisi sekarang, sepak bola bukan lagi hanya sebuah permainan belaka namun memiliki potensi sebagai hiburan yang memiliki daya jual yang sangat tinggi. Di tanah kelahiran sepakbola, Inggris berdasarkan data premier league menyebutkan bahwa 70% populasi negeri ratu Elisabeth itu merupakan penggemar liga inggris. Di beberapa negara, juga liga inggris banyak digandrungi, tercatat di indonesia sendiri meskipun memiliki selisih waktu yang cukup jauh namun tidak menjadi penghalang untuk menikmati liga kasta tertinggi di negeri tiga singa tersebut. Tingginya pendapatan liga premier dari hak siar televise di kembalikan pada klub. Di tahun lalu, Liverpool yang merupakan runner-up mendapatkan bonus hak siar tertinggi dengan 2,76 triliun dan diikuti oleh sang juara, Manchester city dengan 2,74 triliun. Berdasar pada data tersebut, keuntungan dari hak siar tentu sangat menggiurkan bagi pelaku sepakbola
Dengan dalih sebagai hiburan, pada saat boxing-day berlangsung berarti liga inggris menjadi satu-satunya liga yang masih bergulir ketika liga-liga lain sedang libur paruh musim. Hal ini membuat penonton liga inggris tentunya meningkat karena hanya liga inggris yang memfasilitasi penggila sepakbola ketika liga-liga lain sedang libur paruh musim. Mungkin dari sisi penikmat sepakbola hal ini merupakan “titik terang” ketika akhir pekanya meredup karena tidak ada pertandigan dalam hari libur.

EKSPLOITASI MENYEBABKAN MINIM PRESTASI
Hari Natal yang identic dengan libur tidak bisa dirasakan oleh pemain sepakbola yang merumput di Inggris. Menimbulkan kesan eksploitasi karena pemain diharuskan bertanding dalam jumlah yang cukup banyak dalam waktu yang relatif singkat sehingga tidak memilki recovery untuk memulihkan kembali kondisi fisiknya. Hal itu dapat mengganggu performa sang pemain. Peran dan perfoma pemain sangat memengaruhi stabilitas tim ketika mengarungi musim kompetisi sedang bergulir. Beberapa tim yang bagus diawal musim dapat mengalami penurunan performa ketika diparuh musim karena kondisi pemain-pemainya tidak prima. Performa pemain tidak hanya berdampak pada klub, namun berdampak juga terhadap Timnas yang ia bela. Salah satu contohnya adalah Inggris yang menjadi salah bagian dari tim raksasa dalam dunia sepakbola. Dilihat dari minimnya prestasi yang didapat skuad yang dijuluki Three Lion tersebut. Menurut Louis Van Gaal, pelatih asal belanda itu menuturkan “tidak ada jeda musim dingin dan itu merupakan hal yang buruk dari budaya ini. sebenarnya tidak baik untuk sepakbola inggris, baik klub ataupun timnas. Inggris belum memenangkan apapun dalam beberapa tahun terakhir kan? Itu karena para pemainya kelelahan.”
Tidak semua stakeholder sepakbola menolak hadirnya boxing day, karena banyak yang mengganggap tradisi ini sebagai tantangan. Penulis juga tidak memungkiri bahwa adanya pertandingan sepakbola ketika boxing day memang membawakan warna tersendiri untuk liga inggris. Dibalik pro dan kontra boxing day, penulis beranggapan bahwasanya pelaku utama dalam hal ini yaitu adalah pemain juga membutuhkan waktu untuk beristirahat, mengingat beban pekerjaan menjadi seorang atlit sepakbola yang terkenal selain menguras fisik maupun psikis.
Boxing-day kini sudah mengalami penggeseran yang cukup signifikan dari awal mula terbentuknya tradisi itu. Dimana tradisi boxing-day identik dengan hari libur guna mempersiapkan diri untuk menyambut Natal dengan sanak saudara. Kini setelah terpengaruh oleh industri, justru digunakan sebagai suatu alat untuk memikat masyarakat dengan pertandingan sepakbola guna mendapat keuntungan finansial.

Sumber :
https://t.co/kAGWA8edH2
https://t.co/kX64Dd6TYM
https://t.co/eol6Lzv4TX

Sumber foto : liputan6/crystalpalacevsliverpool

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *